Minggu, 08 Desember 2013

Sifat》sikap》watak

1. Jelaskan perbedaan sifat, sikap, dan watak.
2. Manakah dari ketiganya yang dapat diubah?

Jawab:
1. a. Sifat (Trait)
ilustrrasi
Sepasang suami istri yang cukup bahagia dengan kedua anak kembarnya. Kakaknya bernama Nana, sedangkan adiknya yang lahir dengan selisih waktu sepuluh menit bernama Nini.
Sepasang suami istri ini, dapat dengan mudah mengenali manakah yang Nana dan mana yang Nini., karena Nana mempunyai sifat mudah bergaul, humoris, dan selalu ceria di manapun Nana berada. Berbeda dengan Nana, Nini justru mempunyai sifat pendiam, kalem, dan lemah lembut. Sifat nana dan Nini memang sangat bertolak belakang, apalagi keduanya juga sama-sama mempunyai sifat buruk yang berbeda. Nana sering membantah perintah perintah dan nasihat orangtuanya, sedangkan Nini selalu mudah tersinggung.
Sepasang suami istri ini pun, selalu berusaha untuk mendidik kedua anaknya, agar sifat yang baik tetap dipertahankan, sedangkan sifat yang buruk harus dihilangkan.

Ilustrasi tersebut mamamparkan bahwa setiap orang mempunyai sifat yang berbada-beda meskipun kembar sekalipun.
”sifat adalah sistem neuropsikis yang digeneralisasikan dan diarahkan, dengan kemampuan untuk menghadapi bermacam-macamperangsang secara sama, memulai serta membimbing tingkah laku adaftif dan ekspretif secara sama”
(Alport, 1951, p.289)

o Sifat tidak berhubungan dengan objek
o Sifat itu hampir selalu lebih besar atau luas daripada sikap
o Sifat itu tidak dapat berbeda – beda dari yang lebih khusus ke yang lebih umum, tetapi sifat selalu umum
o Sifat tidak memberikan penilaian terhadap objek yang dihadapi.

b. Sikap (attitude)
Ilustrasi
Pertiwi adalah salah satu murid di SMP N I Subur makmur. Dia tergolong murid yang rajin dan cekatan, selain itu dia mempunyai banyak teman karena keramahan dan tutur katanya yang sopan. Para guru pun juga mengenal baik siapa pertiwi.
Suatu ketika, tiba-tiba sikap Pertiwi berubah seratus derajat celcius, Pertiwi tiba-tiba menjadi pemurung, mudah tersinggung, dan lebih parahnya prestasi belajarnya menurun dratis. Pak Rudi selaku walikelas pertiwi, memanggil wali murid dari pertiwi yaitu Buleknya Pertiwi untuk datang ke sekolahan, guna menanyakan tentang keadaan pertiwi akhir-akhir ini. Ternyata Pertiwi berubah total sikapnya tidak lain karena Ibu yang paling dikasihinya, yang paling disayanginya, yang bekerja untuk membiayai Pertiwi sekolah telah meninggal dunia dengan kasus tabrak lari. Sehingga pertiwi merasa terpukul dan belum dapat menerima kenyataan yang ia hadapi.

Dari ilustrasi kejadian tersebut memamparkan bahwa sebenarnya
• Sikap itu berhubungan dengan suatu objek
• Sikap itu biasanya merupakan suatu penilaian (manerima / menolak) terhadap objek yang dihadapi
• Sikap dat berbeda – beda dari yang lebih khusus ke yang lebih umum.

c. Watak (Karakter)
Ilustrasi
Suatu sore, terlihat lima sampai enam anak kecil mengendap – endap, sambil berjalan jongkok. Tiba – tiba mereka berteriak ketakutan dan lari terbirit – birit. Apa yang sebenarnya terjadi? Yups, mereka takut ketahuan pak Raden, kalau mereka telah memecahkan pot bunga yang ada di teras halaman rumahnya. Akibat dari bola kasti yang melambung sangat tinggi, ketika mereka sedang bermain di taman dekat rumah pak Raden yang akhirnya mengenai pot tersebut.
Pak Raden merupakan salah satu warga di desa Subur Makmur yang terkenal dengan suaranya yang menggelegar dan ocehannya seperti burung beo. Pak Raden hidup sendiri tqanpa istri dan anaknya, istrinya telah meninggal dunia sewaktu melahirkan anak semata wayangnya, sedangkan anaknya pun telah berkeluaraga, dan lebih memilih hidup bersama keluarga besar istrinya.
Semua warga di desa Subur Makmur tahu, bahwa sebarnya pak Raden itu berhati baik, tapi cara pak Raden menyampaikannya yang salah yaitu dengan kegalakannya. Hampir semua warga di desa itu pernah meraskan mulut jitu dan suara khas petir pak Raden. Suatu hari, pak RT berkunjung ke rumah pak Raden dengan tujuan untuk menasihati pak raden agar lebih ramah dan soapan dalam berbicara dengan orang lain, dengan sengan hati pak Raden menyanggupi iya tapi, selang beberapa hari pak Raden sudah kembali seperti biasanya jika ada yang menggagu dia atau tidak menyenangkan hatinya, maka ia seperti harimau yang siap menerkam santapannya.

Dari ilustrasi tersebut memamparkan bahwa
 Watak itu tidak dapat diubah
 Watak itu adalah pembawaan (gen)
 Watak itu adakalanya muncul, jika terjadi reaksi dari luar yang mengakibatkanya muncul
 Watak itu adakalanya tidak muncul, jika tidak terdapat reaksi yang mengakibatkan watak itu tidak muncul
 Watak itu menunjukan arti normatif.

2. Menurut pendapat saya, dari sifat, sikap, dan watak yang dapat diubah adalah sifat dan sikap. Kenapa?
 Karena sifat (trait) seperti yang sudah dijelaskan minggu lalu, ada kata kunci digeneralisasikan dan diarahkan berarti sifat itu dapat diubah, tergantung faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sifat seseorang dapat di ubah asalkan ada kemauan.
Misal:
karena Nunuk malas belajar, bapaknya mempunyai ide jika nanti Nunuk ranking satu maka Bapaknya kan membelikan sepeda baru, lalu Nunk sekarang menjadi rajin belajar, tidak malas belajar lagi karena di motivasi oleh bapaknya, akhirnya nunuk ranking satu, mendapat sepeda baru, dan orangtuanya menjadi bangga juga.
 Sikap pun demikian, bukankah sudah dijelaskan bahwa sikap (attitude) itu berhubungan dengan suatu objek, manakala objek itu di terima atau ditolak semua itu kan tergantung pelaku(subjek), yang harus diperbaiki itu objeknya jika objeknya baik dan sesuai isi hati si pelaku kemungkin besar si pelaku akan menerima. Jadi sikap itu dapat di ubah.
Misal:
Didik menyukai Nunuk, tapi Nunuk kurang suka dengan didik karena Didik kurang rapi dan selalu terlambat berangkat sekolah. Suatu hari, Didik menyatakan cintanya kepada Nunuk, tapi Nunuk menolak dengan alasan Nunuk tidak suka anak yang jorok dan malas-malasan, akhirnya Didik tetap berusaha mendapatkan cinta nunuk dengan cara merubah sikapnya. Didik berusaha menjadi anak yang rapi dan selalu datang tepat waktu. Lama- kelamaan Nunuk merasa simpati kepada Didik, akhirnya Nunuk menyatakan bahwa sebenarnya dulu nunuk juga suka dengan Didik, tapi karena Didik kurang rapi dan pemalas Nunuk menolak. Sekarang Nunuk dan Didik akhirnya jadian, sampai sekarang.
 Terus kenapa saya menyatakan bahwa watak (karakter) tidak dapat diubah?
Karena saya sendiri mengalaminya, bahwa yang namanya watak itu suatu keturunan (pembawaan), Nenek saya suka marah – marah sendiri bila lagi banyak masalah, Ibu saya pun juga demikian, dan saya pun juga punya watak suka marah - marah gak jelas.

Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian

a. Faktor keturunan
Faktor keturunan (biologis) berpengaruh langsung dalam pembentukan kepribadian seseorang. Beberapa factor biologis yang penting seperti system syaraf, watak, seksual dan kelainan biologis, seperti penyakit-penyakit tertentu.
b. Faktor lingkungan fisik (geografis)
Meliputi iklim dan bentuk muka bumi atau topografi setempat, serta sumber-sumber alam, Faktor lingkungan fisik (geografis) ini mempengaruhi lahirnya budaya yang berbeda pada masing-masing masyarakat.
c. Faktor lingkungan social
1) Faktor keluarga, dimulai sejak bayi yaitu berhubungan dengan orangtua dan saudaranya
2) Lingkungan masyarakat yang beraneka ragam. Suatu warna yang harus ditegaskan dapat saja dianggap tidak perlu oleh anggota masyarakat lainnya.
d. Faktor kebudayaan yang berbeda-beda
Perbedaan kebudayan yang berbeda-beda
Perbedaan kebudayaan dalam setiap masyarakat dapat mempengaruhi kepribadian seseorang misalnya kebudayaan di daerah pantai, pegunungang, kebudayaan petani, kebudayaan kota.
4. Kebudayaan dan Pengaruhnya terhadap kepribadian
Ciri-ciri dan unsur-unsur kepribadian seseorang individu dewasa sebenarnya sudah tertanam ke dalam jiwa seseorang anak sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak melalui proses sosialisasi.

Minggu, 10 November 2013

Kehidupan, ilmu, agama

Kehidupan secara lebih baik merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh manusia dalam kehidupannya. Untuk mencapai hidup secara lebih baik manusia perlu untuk dibentuk atau diarahkan. Pembentukan manusia itu dapat melalui pendidikan atau ilmu yang mempengaruhi pengetahuan tentang diri dan dunianya, melalui kehidupan sosial atau polis, dan melalui agama[1]. Dalam paper kerja ini kami akan membahas tentang unsur-unsur pembentuk manusia yang dapat membantu manusia untuk hidup lebih baik. Dengan kata lain, konteks filsafat budaya sebagai ilmu tentang kahidupan manusia akan lebih disempitkan atau dibatasi pada kerangka berpikir pembentukan manusia yang lebih baik. Pembentukan manusia yang lebih baik bukan dalam arti moral; baik buruknya manusia, tetapi dalam arti pembentukan manusia sebagai makhluk yang hidup dan berbudaya dalam perspektif filsafat budaya, yakni hidup yang lebih bijaksana,  dan lebih kritis. Filsafat bukanlah ilmu positif seperti fisika, kimia, biologi, tetapi filsafat adalah ilmu kritis yang otonom di luar ilmu-ilmu positif. Kelompok mencoba mengangkat tiga unsur pembentukan manusia. Ketiga unsur pembentuk itu antara lain: (1) pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan lingkungannya; (2) manusia dalam hubungannya dengan hidup komunitas; dan (3) agama membantu manusia hidup dengan lebih baik.

Pengetahuan menjadi unsur yang penting dalam usaha membentuk manusia yang lebih baik. Dengan pengetahuan yang memadai manusia dapat mengembangkan diri dan hidupnya. Apa yang diketahui secara lebih umum dalam pengetahuan, dalam ilmu diketahui secara lebih masuk akal.[2] Dalam hal ini ilmu lebih kritis daripada hanya menerima apa yang didapat dari pengetahuan. Sekalipun demikian kelompok megangkat pengetahuan untuk memahami hidup manusia dan secara kritis dilihat oleh ilmu. Pengetahuan yang dimaksud di sini lebih pada pengetahuan manusia tentang diri sendiri dan dunianya. Ketika manusia mengetahui dan mengenal dirinya secara penuh, ia akan hidup secara lebih sempurna dan lebih baik dalam dunia yang adalah dunianya. Berkaitan dengan itu manusia juga membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan atau dunianya. Dengan pengetahuan yang ia miliki tentang dunia atau lingkungannya, manusia dapat mengadaptasikan dirinya secara cepat dan lebih mudah.

Manusia ternyata tidak hidup sendirian dalam dunianya. Ia hidup dalam hubungan dengan dan membutuhkan manusia lain, yang menunjukkan hakikat dari manusia, yaitu sebagai makhluk sosial. Manusia membutuhkan orang lain untuk dapat membentuk dan mengembangkan dirinya sehingga dapat hidup secara lebih baik; lebih bijaksana dan lebih kritis. Dengan demikian manusia pada hakikatnya hidup bersama dengan orang lain atau hidup dalam suatu komunitas tertentu, mengalami kehidupan polis. Jadi, kebersamaannya dengan orang lain dalam suatu komunitas inilah yang turut menentukan pembentukan yang memperkenankan manusia itu hidup atas cara yang lebih baik dan lebih sempurna dalam dunianya.

Unsur lain yang menurut kelompok dapat membantu membentuk manusia sehingga manusia dapat hidup secara lebih baik, lebih bijaksana adalah agama. Dengan kata lain, agama mengandung nilai-nilai universal yang pada hakikatnya mengajarkan yang baik bagi penganutnya.

Ketiga unsur pembentuk manusia untuk hidup secara lebih baik itu akan dilihat dan dijelaskan secara lebih dalam pokok-pokok berikut.

I. Manusia mengetahui dirinya dan dunianya

Telah dikatakan sebelumnya (pada bagian pendahuluan) bahwa pengetahuan merupakan salah satu unsur yang penting dalam hubungan dengan pembentukan manusia untuk hidup secara lebih baik dan lebih sempurna. Manusia adalah makluk yang sadar dan mempunyai pengetahuan akan dirinya. Selain itu juga manusia juga mempunyai pengetahuan akan dunia sebagai tempat dirinya bereksistensi. Dunia yang dimaksudkan di sini adalah dunia yang mampu memberikan manusia kemudahan dan tantangan dalam hidup. Dunia di mana manusia bereksistensi dapat memberikan kepada manusia sesuatu yang berguna bagi pembentukan dan pengembangan dirinya.

Pengetahuan merupakan kekayaan dan kesempurnaan bagi makhluk yang memilikinya. Manusia dapat mengetahui segala-galanya, maka ia menguasai makhluk lain yang penguasaannya terhadap pengetahuan kurang. Dalam lingkungan manusia sendiri seseorang yang tahu lebih banyak adalah lebih baik bila dibandingkan dengan yang tidak tahu apa-apa[3]. Pengetahuan menjadikan manusia berhubungan dengan dunia dan dengan orang lain, dan itu membentuk manusia itu sendiri.

Namun, pengetahuan manusia begitu kompleks. Pengetahuan manusia menjadi kompleks karena dilaksanakan oleh suatu makhluk yang bersifat daging dan jiwa sekaligus,  maka pengetahuan manusia merupakan sekaligus inderawi dan intelektif. Pengetahuan dikatakan inderawi lahir atau luar bila pengetahuan itu mencapai secara langsung, melalui penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan dan peraba, kenyataan yang mengelilingi manusia. Sementara, pengetahuan itu dikatakan inderawi batin ketika pengetahuan itu memperlihatkan kepada manusia, dengan ingatan dan khayalan, baik apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauan manusia. Pengetahuan intelektif merupakan watak kodrati pengetahuan manusia yang lebih tinggi.[4]

Lalu bagaimana pengetahuan yang dimiliki manusia tentang dirinya dan dunianya dapat membentuk manusia untuk hidup secara lebih baik? Manusia mengetahui dirinya berarti mengenal dengan baik kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Sementara, manusia mengetahui duninya berarti menusia mengenal secara baik apa yang ada atau terkandung dalam dunianya itu, baik potensi yang dapat memudahkan manusia itu sendiri maupun tantangan yang diperhadapkan kepadanya. Kekurangan manusia dapat diatasi dengan apa yang ada dalam dunianya. Tentu saja melalui suatu relasi, baik relasi dengan orang lain maupun relasi dengan alam. Pengetahuan dan pengenalan atas diri dan dunianya membantu manusia untuk mengarahkan dirinya kepada hidup yang lebih baik. Salah satu cara manusia mengetahui dirinya dan lingkungannya adalah melalui pendidikan. Dan pendidikan di sini tentu saja pendidikan yang diharuskan untuk seni yang baik, yang khas hanya untuk manusia, dan yang membedakannya dari semua binatang.[5]

Jadi, melalui pengetahuanlah manusia mempunyai hubungan dengan dirinya, dunia dan orang lain. Melalui pengetahuan benda-benda dimanisfestasikan dan orang-orang dikenal, dan bahwa tiap orang menghadiri dirnya. Melalui pengetahuan pula manusia bisa berada lebih tinggi, dan dapat membentuk hidupnya secara lebih baik. Dengan pengetahuan manusia dapat melalukan sesuatu atau membentuk kembali sesuatu yang rusak menjadi baik berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Melalui pengetahuan manusia dapat mengenal dirinya, orang lain dan dunia di sekitarnya, sehingga ia mampu menempatkan dirinya dalam dunianya itu (dapat beradaptasi dengan dunianya).

II. Manusia dalam hidup komunitas

Secara umum komunitas dapat diartikan sebagai suatu perkumpulan atau persekutuan manusia yang bersifat permanen demi pencapaian suatu tujuan umum yang diinginkan. Dan umumnya tujuan yang hendak dicapai itu didasarkan atas kesatuan cinta dan keprihatinan timbal balik satu dengan yang lain.[6] Jadi, secara tidak langsung hidup komunitas dapat dimengerti sebagai suatu kehidupan dimana terdapat individu-individu manusia yang membentuk suatu persekutuan guna mancapai suatu tujuan bersama. Dan tujuan yang dicapai itu selalu merunjuk pada nilai-nilai tertentu yang diinginkan bersama. Misalnya, nilai kebaikan, keindahan, kerja sama dan sebagainya. Selanjutnya, dalam mencapai tujuan bersama itu setiap individu (anggota persekutuan) saling berinteraksi atau bekerjasama satu dengan yang lain guna tercapainya tujuan yang ingin dicapai.

Akan tetapi serentak pula tak dapat disangkal bahwa melalui kehidupan komunitas kepribadian manusia dapat dibentuk melalui proses sosialisai dan internalisasi. Artinya, melalui nilai-nilai yang dicapai dalam hidup komunitas itu disampaikan kepada setiap individu (anggota persekutuan). Selanjutnya, nilai-nilai itu dijadikan oleh pegangan dalam diri setiap individu.

Dalam hubungan dengan pembentukan manusia untuk hidup secara lebih baik, maka pertanyaan yang patut dikemukakan adalah apakah kehidupan komunitas dapat membentuk manusia untuk hidup secara lebih baik atau lebih bijaksana dan kritis?

Menjawab pertanyaan di atas maka dapat dikatakan bahwa kehidupan komunitas dapat membentuk hidup manusia secara lebih baik. Dapat dikatakan demikian karena    pada dasarnya kodrat manusia adalah makhluk sosial. Itu berarti manusia selalu berada bersama dengan sesamanya atau orang lain. Ia tidak berada sendirian, melainkan selalu berada bersama dengan orang lain. Manusia selalu berada dengan orang lain dan membentuk suatu persekutuan yang disebut sebagai komunitas. Mereka membentuk hidup besama karena ada nilai yang ingin dicapai secara bersama. Nilai yang ingin dicapai adalah membentuk hidup secara lebih baik. Nilai hidup secara lebih baik itu dicapai lewat interaksi atau kerja sama setiap individu dalam komunitas. Selanjutnya, setelah mencapai nilai  yang diinginkan itu (membentuk hidup secara lebih baik), kemudian disosialisasikan kepada individu (anggota komunitas) dan selanjutnya individu menjadikan nilai tersebut menjadi pegangan dalam dirinya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui kehidupan komunitas dapat membentuk hidup manusia secara lebih baik, lewat nilai yang ditemukan dalam kehidupan komunitas itu. Nilai itulah yang membentuk manusia menjadi lebih baik, lebih bijaksana dan kritis dalam hidup.

III. Agama membantu manusia hidup lebih baik

Arti budaya telah diangkat kembali oleh renesans dengan karakter naturalistik, yaitu budaya dipahami sebagai pembentukan manusia dalam dunianya, yakni sebagai pembentukan yang memperkenankan manusia hidup atas cara yang lebih bijaksana dan lebih sempurna dalam dunia yang adalah dunianya.[7] Dalam konteks ini, agama mendapat tempat dan peranan penting. Agama dimengerti sebagai unsur integral dari budaya, terutama karena mengajarkan bagaimana hidup dengan baik, hidup dengan bijaksana dan nilai-nilai universal lainnya. Dalam agama terkandung ajaran-ajaran kebijaksanaan (dalam arti tertentu filsafat dipahami sebagai kebijaksanaan) yang dapat mengarahkan manusia kepada hidup yang lebih baik. Dengan demikian, hidup yang lebih baik dalam perspektif filsafat budaya adalah pembentukan kebijaksanaan secara internal dalam diri manusia melalui ajaran-ajaran agama.

Manusia tidak dapat dilepaskan dari agama dalam kehidupannya. Maksudnya adalah bahwa agama menjadi sarana di mana manusia dapat memenuhi keinginannya untuk dapat hidup dengan lebih bijaksana. Dengan kata lain agama membantu manusia untuk dapat hidup lebih baik. Melalui agama manusia dapat menjadi bijaksana untuk mencapai realisasi dirinya yang lengkap sehingga menjadi suatu microcosmos yang sempurna dalam macrocosmos.[8]

Setiap agama umumnya mengajarkan kepada para penganut atau pengikutnnya untuk hidup sebagai orang yang saleh, baik di hadapan manusia maupun di hadapan yang ilahi. Dengan demikian agama dapat mengarahkan manusia kepada hidup yang lebih baik. Agama membentuk manusia untuk menjadi lebih baik, lebih bijaksana dengan menanamkan nilai-nilai universal dalam diri manusia itu.

Sabtu, 24 Agustus 2013

Kembali ke ?

Permainan kehidupan adalah permainan bumerang. Pikiran, perbuatan, dan perkataan kita akan kembali pada kita, dengan kecepatan dan ketepatan yang menakjubkan.

Diri ini

Jika kita jatuh, kita tak perlu menyalahkan diri sendiri, mengutuk, ataupun marah. Yang perlu kita lakukan adalah suatu kebangkitan kembali dari niat kita dan suatu kerelaan untuk membuat komitmen lagi, dengan sepenuh hati juga.

Sunday, 25 Agustus 2013

Jangan sesali apa yang sudah pergi. Jangan tangisi apa yang sudah tiada. Tetapi, bangkitlah dan bina kembali apa yang telah hilang dan pergi. Pasti bisa karena kamu kuat akan hal tersebut